Kementan Evaluasi Antisipasi Krisis Pangan Nasional di Kalsel.

Dedi Nursyamsi didampingi Kapusluh Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel menyiapkan Upsus Antisipasi Darurat Pangan Kalimantan Selatan. (Foto: BBPP Binuang)

Kementerian Pertanian terus siapkan keseimbangan jaga pangan nasional dengan fokus kalsel sebagai potensi pengembangan produksi pangan nasional.

Korankalimantan.com Arahan kebijakan Kementan disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman adalah antisipasi darurat pangan dengan antisipasi peningkatan produksi padi dan jagung melalui luas tambah tanam pada luas lahan baru sawah yang eksisting, Gerakan Pompanisasi, Optimasi Lahan, Tumpang Sari lahan perkebunan.

Dalam kunjungan kerja di Kalimantan Selatan Plt. Ka BPPSDMP Kementan RI Dedi Nursyamsi didampingi Kapusluh Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel menyiapkan Upsus Antisipasi Darurat Pangan Kalimantan Selatan di Aula Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan. (24/06/2024).

Rapat Koordinasi dihadiri oleh Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Saptono, SH dan SKPD lingkup Pertanian se Kalimantan Selatan dan perwakilan dari Korem 01 Antasari Kalimantan Selatan.

Dedi Nursyamsi mengatakan Kalsel adalah sentra produksi pangan nasional, oleh karena itu Kalsel harus di genjot produksi beras nasional.

Tahun 2023 Indonesia defisit kekurangan beras sebesar 3.5 juta ton. Tahun ini kita tidak boleh lagi terjadi defisit kekurangan beras nasional tegas Dedi.

Bagaimana caranya ?, kita harus meningkatkan luas tanam dengan cara meningkatkan indek pertanaman di lahan rawa yang disebut optimasi lahan rawa, pompanisasi di lahan tadah hujan dan tumpang sisip di lahan perkebunan ujar Dedi.

“Kita harus segera bangkit dalam menyiapkan ketahanan pangan Indonesia di Kalimantan Selatan” tambah Dedi.

Kalsel memiliki potensi 291 ribu Ha lahan pertanian dan 40 ribu Ha lahan yang masih dibiarkan, potensi untuk meningkatkan Luas Tambah Tanam adalah sungai di Kalsel ini sangat luar biasa karena air melimpah sehingga dapat dijadikan pengairan lahan pertanian. Lahan yang tidak bisa ditanami menjadi bisa dengan menggunakan pompanisasi ujar Dedi.

Plt. Ka BPPSDMP juga menambahkan bahwa dengan optimasi lahan rawa, ekstensifikasi cetak lahan baru, intensifikasi melalui peningkatan perbaikan sarana prasarana, sinar matahari berlimpah kita bisa berproduksi dengan integrasi perkebunan dengan tanaman pangan, imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya menyampaikan pada materi rakor upsus peningkatan produksi padi dan jagung dengan solusi gerakan cepat dan tepat dengan potensi kita pastikan lahan tertanam semua.

“Pastikan lahan sawah dapat diairi dengan melakukan pompanisasi, optimalisasi lahan dan memanfaatkan lahan melalui tumpang sari di lahan perkebunan” jelas Bustanul.

Pada kesempatan lain Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang Wahida Annisa Yusuf mengatakan Lahan rawa memang sangat spesifik dan kita perlu meningkatkan produktivitasnya melalui kegiatan optimalisasi lahan. Pengelolaan air menjadi faktor kunci dalam mengelola lahan rawa.

“Perbaikan infrastruktur pengelolaan air melalui pemasangan pintu air yang dapat mengatur keluar masuknya air di lahan rawa dapat meningkatkan produktivitas lahan serta indeks pertanaman” pungkas Wahida.

(WAY/AG/ABS/rth)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *