Kabar duka menyelimuti warga Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Tokoh politik banua, DR HC Mawardi Abbas telah meninggal dunia di usia yang ke 74 pada, Selasa, (17/05/2022), pukul 15.45 di RSUD Ratu Zalecha Kota Martapura.
Korankalimantan.com – Mantan Wakil Bupati Banjar yang juga dikenal tokoh politik, Mawardi Abbas menghembuskan nafas terakhir. Beberapa bulan terakhir dia diketahui dalam keadaan sakit-sakitan, salah satunya karena faktor usia.
Kabar duka tersebut langsung tersebar melalui pesan WhatsApp, beberapa menit setelah dia menutup usia. Sejumlah ucapan pun mengalir dari berbagai elemen masyarakat, mulai ucapan duka cita hingga doa yang dihaturkan kepada almarhum.
Tokoh politik, Mawardi Abbas dikenal memiliki watak yang keras untuk memperjuangkan kebenaran. Dalam satu catatan penting dikutip dari media online koranbanjar.net, tokoh politik ini pernah mengatakan, bahwa dia akan terus berjuang untuk kepentingan masyarakat hingga ajal menjemput.
Berikut prinsip Mawardi Abbas yang pernah ditulis wartawan, Denny Setiawan pada media online Koranbanjar.net beberapa waktu lalu.
Mawardi Abbas Ingin Berjuang Hingga Ajal Menjemput
Mantan Wakil Bupati Banjar periode tahun 2000-2005, Mawardi Abbas dikenal memiliki watak yang sangat keras dalam memperjuangkan kepentingan publik.
Tak heran, semasa menjadi Wakil Bupati Banjar, banyak kalangan pejabat teras di lingkungan Pemkab Banjar, yang merasa gerah bila dia memimpin sebuah rapat. Selain kritis, dia selalu bersikap apa adanya dalam menyoroti kinerja bawahan tanpa pandang bulu.
Semangat untuk memberi manfaat terhadap orang banyak itu masih berkobar dalam dirinya. Oleh sebab itu, di usia 70-an, Mawardi Abbas bertekad ingin terus berjuang untuk kepentingan publik dengan mendaftar sebagai Caleg DPRD Provinsi Kalsel dapil 2 melalui Partai Bulan Bintang (PBB).
“Saya melihat, sampai sekarang masih banyak ketimpangan atau kesenjangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Masih banyak yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan, mendapatkan kehidupan yang layak atau mendapatkan pendidikan yang sesuai,” ungkap Mawardi Abbas kepada koranbanjar.net.
Mawardi Abbas menyatakan, dirinya berasal dari keluarga yang sederhana dan menyukai pola hidup yang sederhana pula. Karena itu, dia sangat bisa merasakan kondisi masyarakat bawah yang terkadang mendapat perlakuan kesenjangan sosial dari pemerintah.
“Coba Anda perhatikan, kalau masyarakat kita sudah sejahtera, lalu mengapa masih ada warga miskin yang dinomorduakan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dibanding orang kaya? Apakah karena mereka tak punya uang, lalu kesehatan mereka tidak berarti? Ini yang terkadang membuat saya sangat sedih. Jadi sampai kapan pun saya akan terus berjuang, bahkan mungkin sampai Allah Swt menjemput saya,” tegasnya.(sir)