Ulama asal Banjarmasin, Habib Farid Ibrahim Fakhir Asseqqaf menjelaskan tentang asal-usul adanya malam ‘Lailatul Qadar’ berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw. Salah satunya, munculnya malam ‘Lailatul Qadar’ dilatarbelakangi usia umat Rasulullah Saw yang kebanyakan lebih pendek dibanding umat-umat sebelumnya.
Korankalimantan.com – Ulama asal Banjarmasin, Habib Farid Ibrahim Fakhir Asseqqaf menjelaskan, dalam Kitab Al Muwatho karya Imam Malik bin Annas rahimahullahita’ ala, suatu hari Rasulullah Saw bersabda, usia umur-umat terdahulu lebih panjang dibandingkan umur umatnya.
“Rasulullah Saw menyebutkan, umur umat beliau sangatlah pendek,” ujar Habib Farid.
Dalam riwayat lain, sebagai pelengkap hadits ini, Rasulullah Saw diperlihatkan seorang lelaki yang sangat kuat dari kalangan Bani Israil terdahulu.
Sebagian ulama menceritakan, lelaki kuat ini adalah seorang Nabi bernama Sam’un, atau biasa dikenal di Indonesia, Samson. “Wallahu a’lam bisawab,” sebut Habib Farid.
Pria ini sambungnya, sukanya mengangkat pedang berperang hingga waktu berperangnya itu sampai seribu bulan.
Kemudian imbuhnya, Rasulullah Saw sangat ingin umatnya mendapatkan keistimewaan ini.
“Sehingga beliau memohon bermunajat kepada Allah, dalam munajatnya kata beliau, ya Allah umatku ini umurnya sangatlah pendek ketimbang umat terdahulu, dan amal ibadahnya pun sangatlah sedikit,” tutur Habib Farid menirukan ucapan Rasulullah Saw bermunajat kepada Allah.
Setelah Allah mendengar munajat kekasihNya, Rasulullah Saw, maka Allah pun memberikan keistimewaan itu dengan memberikan malam Lailatul Qadar.
“Yang mana satu malam beribadah di bulan tersebut sama beribadah melebihi seribu bulan, melebihi dari waktu berperang seorang lelaki tadi dalam perang fisabilillah,” ungkapnya.
“Seribu bulan sama dengan delapan puluh tiga tahun lebih,” sambungnya.
Namun imbuhnya, malam Lailatul Qadar ini kata para ulama, tidak diketahui kapan waktunya, karena selalu berpindah-pindah.
“Agar umat Islam selalu beribadah setiap malam, tidak hanya satu malam saja,” katanya.
Tetapi Rasulullah Saw pernah memberikan arahan, katanya, jika engkau ingin mendapati Lailatul Qadar maka carilah di malam-malam ganjil, 21, 23, 25, 27 dan 29 pada sepuluh malam terakhir,” bebernya.
Dirinya berujar, tidak lain adalah untuk mendapatkan kemuliaan besar dari Allah untuk hambaNya.
“Dan untuk umat yang diasuh hambaNya, wallahu a’alam bisawab,” demikian tausiyah singkat Habib Farid Ibrahim Fakhir Asseqqaf.(yon/may)